Konflik adalah bagian yang tidak
terhindarkan dari kehidupan organisasi karena tujuan dari pemangku kepentingan
yang berbeda seperti ketua dan anggota yang sering tidak sesuai. Konflik
organisasi dapat dianggap sebagai sengketa
yang terjadi ketika kepentingan, tujuan atau nilai-nilai dari individu atau
kelompok yang berbeda tidak kompatibel satu sama lain. Veithzal Rivai
(2004) berpendapat bahwa konflik adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih
anggota-anggota atau kelompok (dalam suatu organisasi) yang harus membagi
sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena
kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.
Secara garis besar setiap orang
memiliki kebutuhan => dorongan => tujuan , dimana seseorang yang bergerak
untuk mencapai tujuannya akan mengalami kendala. Kendala tersebut berupa
konflik.
Faktor-faktor
Penyebab Konflik dapat
dikelompokkan dalam 3 hal yang utama yaitu :
1.
Komunikasi :
yaitu
segala sesuatu yang berkaitan dengan perpindahan dan pemahaman ‘makna’ dari
satu orang ke orang lain.
2.
Struktur :
adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang aktivitas atau operasional kerja dari
suatu perusahaan/organisasi itu dalam mencapai sasaran atau tujuan, secara
struktural yang tercipta. Adanya sesuatu yang mengganggu terlaksananya
aktivitas secara sistemik akan menimbulkan konflik secara struktural.
3.
Pribadi :
yaitu
hal-hal yang ada pada diri pribadi orang per orang, seperti kepribadian,
norma-norma yang dianut, kebiasaan hidup atau budaya. Bila orang saling
berhubungan atau berinteraksi dapat berpotensi menimbulkan konflik.
Pengaruh
Konflik Terhadap Organisasi
1.
Konflik
Fungsional,
a.
Konflik
ini bersifat konstruktif, artinya :
1.
Dapat
memperbaiki kualitas keputusan yang diambil
2.
Merangsang
kreativitas dan inovasi
3.
Mendorong
perhatian dan keingintahuan diantara anggota
4.
Menjadi
saluran yang merupakan sarana penyampaian masalah dan peredaan ketegangan
b.
Konflik
ini penangkal bagi pemikiran kelompok, artinya tidak memberi kesempatan suatu
kelompok secara pasif menerima begitu saja keputusan-keputusan yang diambil,
yang mungkin didasarkan pada asumsi yang lemah, atau tidak relevan.
c.
Konflik
ini menentang status quo dan memunculkan atau menciptakan gagasan gagasan baru,
mengadakan penilaian ulang terhadap sasaran dan kegiatan perusahaan/organisasi
untuk mencapai perubahan.
2.
Konflik
Disfungsional
Seperti
yang terungkap dalam definisi di atas, konflik ini terjadi karena adanya salah
satu pihak yang tidak melakukan fungsi sebagaimana yang seharusnya.sehingga
akan mengganggu /menghambat aktivitas secara keseluruhan dengan kata lain
konflik ini akan mengganggu kinerja perusahaan/organisasi secara keseluruhan.
Konsekwensi destruktif konflik ini pada kinerja organisasi adalah :
a.
Timbul
oposisi yang tidak terkendali dan memunculkan ketidakpuasan, sehingga hilang
rasa kebersamaan yang pada akhirnya dapat mendorong rasa untuk menghancurkan
orang lain
b.
Mengurangi
efektivitas organisasi/perusahaan
c.
Menghambat
komunikasi
d.
Mengurangi
kekompakan anggota/karyawan
e.
Dikalahkannya
sasaran/kepentingan bersama, karena pertikaian antar anggota
f.
Menghentikan
berfungsinya kelompok berpotensi mengancam kelangsungan hidup kelompok/organisasi.
Jenis Konflik
1. Konflik
Tujuan : Pendekatan – pendekatan, pendekatan penghindaran, penghindaran –
penghindaran.
2. Konflik
peran : Terhadap harapan peranannya, intrarolle , interrolle
3. Konflik
Interaktif : antar individu , antar kelompok
Metode
Pertahanan
1. Agresi
=>Menarik Diri
2. Fiksasi
/ lebih condong salah satu =>Kompromi
Hasil Konflik:
1. Kalah
– Kalah
2. Kalah
Menang
3. Menang
Menang
Negosiasi
dalam menghadapi konflik
1. Pendekatan
Negosiasi Tradisional.
a. Negosiator
cenderung dipengaruhi oleh kerangka berfikir yang kaku dalam negosiasi
b. Saat
tidak menemukan alternatif, negosiator secara tidak rasional menambahkan
komitmen dengan tindakan yang dilakukan sebelumnya.
c. Negosiator
berasumsi bahwa pendapatan mereka harus berasal dari pengeluaran orang lain
(selalu menang)
d. Penilaan
negosiator cenderung pada penawaran awal
e. Negosiator
cenderung gagal dalam mempertimbangkan informasi yang ada dengan berfokus pada
perspektif lawan
f. Negosiator
cenderung terlalu percaya diri sehubungan dengan kemungkinan mencapai hasil
yang diinginkan dari individu lawan
Keahlian negosiasi
Kontemporer
1. Teknik
negosiasi risiko rendah
a. Bujukan
=>bujukan halus biasannya berhasil namun antara individu satu dan yang lain
memiliki standar yang berbeda terkait usia, kelamin, budaya dll
b. Memberikan
poin/ pekerjaan yang mudah untuk menunggu momentum yang sesuai untuk menaikan pekerjaan pada tingkatan yang
lebih sulit
c. Diam
=> efektif untuk mendapatkan konsepsi, tetapi haru hati-hati agar tidak
memancing kemarahan lawan
d. Posisi
menguntungkan =>ketika memperoleh penawaran balik yang menunjukan posisi
lawan, atau mengubah poin kompromi
e. “O
malangnya aku” => menimbulkan rasa simpati
2. Teknik
negosiasi risiko tinggi
a. Memancing
hilangnya kesabaran lawan dan diri sendiri sengaja menghilangnya kesabaran yang
tidak diharapkan – memanipulasi
b. High
Balling : menyerahkan diri kepada lawan guna mendapatkan kepercayaan
c. Boulwarism
(ambil dan lepaskan) : negosiator memiliki posisi kuat dan hanya memberika satu
penawaran pada lawan, yang beresiko memancing kemarahan dan frustasi lawan.
d. Menunggu
momen tepat : Setelah menggunakan taktik yang ternyata buntu dan tidak ada
waktu yang cukup, memberikan tawaran yang masuk akal tetapi disukai kemudian
meninggalkan lawan dengan sedikit pilihan atau menerima penawaran tersebut.
3. Polisi
jahat dan Polisi baik
0 komentar:
Posting Komentar