BANGSAL MELATI
Detak
jam berdentum teratur, melaju dengan putaran pasti. Pukul 12 lebih lima malam
tak sepi di dalam ruang. Sesak meyelimuti hati para penunggu sakit yang
terbaring berjajar dalam bangsal terdapat tujuh tempat tidur, dengan satu kamar
mandi di bagian ujung, tempat tidur nomor 413 terbaring aku lemah di atas kasur,
tanganku terinfus Kambiven Periperal kata cucuku, sedang orang bilang itu infus
susu. Seribu empat ratus empat puluh mili mengalir ditubuh rentaku, tubuh yang
tinggal kisutan kulit tak bertenanga. Mataku memutar melihat cucuku tidur
dibawah lantai rumah sakit. Aku mengambil nafas panjang, anak yang dalam
hidupnya aku asuh kini mengasuhku. Aku memutar ke samping ku, tetangga pasien
kasur 411 hari ini pasien baru yang menempatinya seorang perawat mengambil
darah di lengan kanannya, dia laki-laki yang lebih renta dari pada aku.
Aku
menengadah ke arah langit-langit, aku berfikir tentang kata orang bahwa sakit
adalah cara Tuhan menggugurkan dosa atau menjadi azab bagi pesakit. Sedangkan
aku masuk golongan apa, aku dalam diamku salain bola mataku yang bisa berputar
aku hanya bisa berfikir dan berbicara dalam diam.
Kasur
411 tuannya meronta-ronta tanda kesakitan, Tuhan dahsyatnya gonjangan dari
pencabutan ruh dengan tubuhnya. Cucuku mulai duduk, ia meatapku dan meminta ku
tenang. Sedari tadi aku memang tenang padahal, mungkin ia pikir aku taku
melihat kejadian yang terjadi dengan pasien 411, keranda dari besi yang
tertutup rapat melaju melewaki ku, dan berhenti di samping 412,aku melihatujungnya
hingga kembali tangan cucuku memegang pipiku dan mengarahkan padanya. Ia
tersenyum, dan berkata “ sudah jangan diliat nek, Njenengan Istirahat saja.
Selimut tipis dibentangkan ketubuhku, ia memastikan bagian perut hingga ujung
kakiki tertutup slimut itu. Malam itu juga tuang 411 dibawa pulang, keluarganya
menangis,namun dimataku kulihat rasa ikhlas disana,mungkin dari pada kesakitan
yang dirasakan pasien 411itu. Satu persatu keluarganya berpamitan pada penghuni
yang tersisa. Kereta jenazah pun pergi meninggalkan kami.
Mataku
memberat, aku terlelap dalam. Tubuhku Digoncangkan oleh seseorang mataku menuju
arah suara yang memanggil manggil. Rupanya perawat yang meminta izin menyuntik
ku, aku tersenyum mataku mengelilingi ruangan rupanya kasur 411 telah berganti
pasien.
1 komentar:
sangat kreativ sekali, ceritanya verry good Obat Pengering Luka
Posting Komentar