Student Government diartikan sebagai
pelembagaan kepentingan politik mahasiswa dalam format negara mahasiswa, namun
tidak sama dengan negara, dimana konsepnya tidak terlepas dari teori negara.
Kalau boleh disederhanakan maka student government adalah gerakan mahasiswa
yang dilembagakan.
Agaknya perlu diambil kesepakatan
bersama seperti apakah format negara mahasiswa itu. Ada beberapa variasi yang
bisa disampaikan mengenai hal ini. Pertama, student government merupakan bentuk
pemerintahan yang mengambilalih kekuasaan sehingga unsur-unsur kekuasaan dan
kekuatan negara akan dikuasai mahasiswa, hal ini tak lepas dari keprihatinan
semakin tidak jelasnya reformasi. Kemudian yang kedua student government diberi
kesempatan untuk menentukan kebijakan negara dengan masuk ke dalam sistem
kekuasaan namun tidak seluruhnya. Sedangkan yang ketiga student government
merupakan wadah gerakan mahasiswa itu sendiri yang di dalamnya mempunyai bentuk
sama atau mirip dengan bentuk negara. Yang terakhir inilah yang barang kali
menjadi entry point student government dalam patron reformasi. Selain dari
bentuk lembaga tersebut, juga perlu dipikirkan bentuk materiil, substansi dan
prinsip dasarnya.
Student government mempunyai paling
sedikit 5 prinsip dasar, yakni moralitas, intelektualitas, politis, independen
dan sejajar. Masing-masing perlu dikritisi untuk memperoleh gambaran yang ideal
tentang konsep yang sedang dibahas ini.
1. Student government berpatron pada gerakan moral.
Sebelum ide gerakan mahasiswa ini
kita kembangkan lebih jauh, agaknya kita perlu lebih bijaksana untuk becermin
pada diri kita sendiri dahulu. Gerakan mahasiswa, terlepas dari ideologinya,
dilahirkan dan dibesarkan oleh mahasiswa itu sendiri yang sedikit banyak
terpengaruh oleh suasana lingkungan dan latar belakang akademis. Dengan kata
lain, mahasiswa adalah unsur dari gerakan mahasiswa.
Secara umum masyarakat memandang
mahasiswa sebagai bagian kecil dari komunitas terdidik dari bangsa ini. Tapi
yang menggelikan tidak semua mahasiswa, namun cukup banyak, yang kurang
menyadari anugerah yang telah disandangnya.
Sebuah ironi ketika mahasiswa
meneriakkan slogan-slogan moralitas tatkala mahasiswa yang lain kelakuannya
tidak bermoral. Sex bebas, aborsi, pergaulan tanpa batas, narkoba, ayam kampus
dan tindak pidana adalah fenomena yang tidak bisa begitu saja dihilangkan dari
ingatan. Jika mahasiswa seperti ini yang diberi kesempatan memegang kendali,
apa jadinya?
2. Student government berpatron pada gerakan intelektual.
Gerakan mahasiswa yang berkarakter
intelektual memang diharapkan menghasilkan rumusan dan solusi konkret
permasalahan bangsa sesuai dengan kapasitas keilmuan yang dimiliki. Jika
harapan ini terlaksana maka sebuah kebahagiaan bagi masyarakat. Mahasiswa
menjadi bagian komunitas yang peduli terhadap rakyat yang miskin dan tertindas.
Konsepsi intelektual yang perlu
dikembangkan adalah konsep intelektual profetik. Konsep ini dapat
didefinisikan, (1). Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan
keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal, (2). Gerakan Intelektual
Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana
pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal (3). Gerakan Intelektual
Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada
usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia
secara organik.
Dengan konsep ini, maka gerakan
mahasiswa akan menjadi patron bagi masyarakat untuk melakukan pencerahan dan
penyadaran. Namun celakanya, konsep pendidikan yang ditawarkan saat ini lebih
mementingkan kebutuhan pragmatis. Hasilnya adalah mahasiswa berlomba-lomba
untuk menyelesaikan studinya sebelum batas akhir yang seringkali membawa dampak
pada keengganan mahasiswa untuk ikut dalam pergumulan membicarakan masyarakat
yang teraniaya, apalagi, berorganisasi.
3. Student government merupakan gerakan politik.
Sebagai gerakan politik mempunyai
arti menjalankan fungsi kontrol (oposisi) terhadap kebijakan, baik kampus
maupun negara. Hal ini lebih berarti jika ada jalinan antar gerakan mahasiswa,
paling tidak jika ada isu/musuh bersama, biasanya mahasiswa bersatu. Turunnya
$oeharto pada tahun 1998 merupakan salah satu contoh betapa kuatnya gerakan
mahasiswa tatkala bersatu. Namun pasca lengsernya $oeharto, gerakan mahasiswa
tidak lagi mempunyai kesamaan terutama dalam hal strategi apa yang akan
digunakan dalam melaksanakan agenda reformasi.
Untuk mengokohkan peran politik
ekstra parlementer, student governement bisa menggunakan strategi: (1).
Mempengaruhi dan berupaya berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan publik.
(2). Mengawasi dan memantau pelaksanaan kebijakan publik (3). Memberikan
penilaian dan advokasi terhadap pelaksanaan kebijakan publik.
4. Student government bersifat independen.
Independen mempunyai arti tidak
terpengaruh kepentingan kelompok tertentu terutama di luar mahasiswa. sejarah
Orde Lama memberikan pelajaran kepada kita bahwa partai politik pun ternyata
mempunyai kepentingan dengan menggarap mahasiswa. tidak heran jika pada masa
itu ada anggapan jika HMI adalah alat perjuangan Masyumi, NU dengan PMII-nya,
PNI dengan GMNI-nya, PKI dengan CGMI-nya.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa
ekspresi gerakan mahasiswa adalah ekspresi moral yang berdimensi politik, dan
ekspresi politik yang berdasar pada prinsip moral dan intelektual. Sebagai
gerakan politik yang berbasis moral, gerakan mahasiswa tidaklah berpolitik
pragmatis yang berorientasi kekuasaan baik bagi gerakan maupun kadernya.
Masa-masa awal Orde Baru pasca
tumbangnya Presiden Soekarno di beberapa lembaga formal intra kampus, seperti
di Universitas Indonesia telah terjadi pertentangan yang cukup hebat antara
aktivis-aktivis mahasiswa yang berhaluan independen dengan mereka yang
berafilisasi kepada lembvaga ekstra kampus. Hal ini baraangkali menjadi perdebatan
yang terus menerus mengenai peran dari lembaga-lembaga ekstra kampus ini.
5. Student government sejajar dengan pihak manapun.
Hal ini adalah sebuah keberanian
dari gerakan mahasiswa yang akan menjadi bahasa perjuangannya. Sehingga dengan
pihak manapun gerakan mahasiswa mempunyai hak dan kesempatan yang sama. Hal ini
membutuhkan keterlibatan mahasiswa secara luas. Namun, apa dikata, jika
ternyata mahasiswa—bahkan secara umum—bersikap apatis, masa bodoh terhadap
kondisi kampusnya. Perlu energi yang besar untuk merubah paradigma berfikir.
Sehingga untuk menghadapi pihak-pihak di luar maka mahasiswa harus mengatasi
kondisi internal mereka sendiri. Jadi membutuhkan energi dua kali.
Lima prinsip dasar ini merupakan
basis bagi pengembangan student governement di sebuah kampus, maupun jaringan
antar kampus. Dengan adanya proses internalisasi lima prinsip dasar ini, maka
gerakan mahasiswa dengan seluruh elemen yang dimilikinya, akan menjadi kekuatan
pressure group yang efektif terhadap decision maker, baik di kampus maupun
negara. Selain itu, kinerja lembaga di student government tersebut akan
mendapat arah yang jelas.
0 komentar:
Posting Komentar