SAPU TANGAN PEMUJA RAHASIA
Sudah sering Lili menjadi
kurir surat cinta di kampusnya,bahkan merangkap juru baca surat cinta.Bukan
gaji yang dia terima, hanya potongan kisah rahasia “Ratna Galih” modern dari
setiap pengirim dan penerima surat cinta itu.Lama-kelamaan sudah barang tentu
bila di hati kecil Lili ingin membaca surat cinta miliknya sendiri. Entah surat
yang kelak Ia terima diselibkan di bukunovel, komik, sebatang coklatdan rangkaian
bunga seperti yang selama ini dibawakanya untuk Rossy, Alen, Intan, Juli. Sampai
saat ini Lili belum pernah mendapatkan surat cinta.
Dan puncaknya saat
menjelang tahun baru 30 Desember dipagi hari.
“Haaahhh, rasanya
mustahil dengan pribadi yang biasa saja seperti ini aku punya pengagum rahasia” Ia lihat lagi dirinya di kaca, “ Huuuh,
apa karena Lili, makek hijab yaa...jadi pada nggak berani” Gerutunya keras,
sampai memKakunkan Rossy teman sekamarnya.
“Apa sih Li’, pagi-pagi
udah gerutu kayak gitu”. Mengucek-ngucek mata dan menepis selimut teddy bear biru.
“Rossy ... aku pingin
dapet surat” suaranya parau, Lili mendekat
ke Rossy.
“Surat apa? Li’. Lagaian
hari gini surat-suratan, kan ada SMS, BBM, Line, W A, juga E-mail Li’ ”Rossy
yang masih tak mengerti maksud Lili, Ia memandang lekat-lekat wajah sahabatnya
kemudian Ia tersenyum, Tampaknya Rossy menemukan sesuatu yang lucu dari Lili.
“Udah lah Non, dah gak
jaman surat-suratan” Rossy bergurau.
“Aduh Rossyiii... kayak
kamu enggak aja”Lili protes.
“Maksudnya?”Rossy
pura-pura tak mengerti maksud Lili.
Lili menunjuk tempelan
surat-surat dari Kak Andreas untuk Rossy yang dipajang di dinding.
“Huuuh....yaudahlah
kalo kamu enggak peduli ma aku” Mengambil ransel dan beranjak pergi keluar
kamar untuk ke kampus. Rossy tersenyum lebar.
“Assalamu’alaikum”.
“Wa’alaikumsalam..
hati-hati”.
Rossy merasa senang,
pagi-pagi sudah membuat Lili kesal. Cepat-cepat Ia mengirim SMS memberi tahu
Intan dan Juli, jika Lili sedang galau tingkat dewa.
Seperti biasa Lili
jalan Kaki menuju kampus, hari ini Ia jalan pelan-pelan sambil menikmati udara
pagi jalanan yang masih lengang. Ia menghirup dalam-dalam udara untuk memenuhi
dadanya kemudian Ia keluarkan perlahan agar berkurang kesalnya. Beberapaorang
dengan langkah ringan mengikutinya, meski tau ada yang mengikutinya dibelakang Lilimemilih
tetap sibuk dengan ritual tarik nafas dalam-dalam. Sampai di gerKak kampus
ransel Lili tiba-tiba menjadi berat dan menghambat langkahnya, Kakinya tetap
melangkah tapi punggungnya tertarik kebelakang, ada tawa pelan dari arah
belakang yang mencurigakan. Lilipun berhenti dari kemudian menengok kearah
belakang,ternyata Irgi dan Rama yang menarik ranselnya. Irgi dan Rama tertawa
terbahak-bahak sambil melihat ekspresi Lili, sebenarnya mereka berharap Lili
juga akan tertawa karena keusilan mereka tapi Lili hanya menggembungkan pipinya.
Lili segera menarik ranselnya kedepan,didekapnya erat-erat tanpa pamit pada dua
sahabatnya tadi kemudian pergi.
Irgi dan Rama saling
menatap, tak biasanya Lili tak menanggapi keusilan mereka.
“Lili cuma gitu aja ngambek” Rama berteriak
kearah Lili.
Lili masih diam dan meneruskan
langkahnya, Ia mendengar Rama tapi dia hanya tak mau menjadi benar-benar marah
karena meladeni sahabatnya yang super iseng. Ia menarik nafas dalam-dalam lagi,sekarang
Ia pejamkan matanya dan menikmati setiap udara yang masuk ke relung dadanya.
Brruuuuuuuuuuuukkkkkkkkkk.
Lili menabrak sesuatu. Ia
membuka matanya segera dan terkaget-kaget karena yang Ia tabrak adalah troli
buku yang sedang didorong Kak Andreas. Lili menunduk dan meminta ma’af. Ia segera mengambil buku-buku yang terjatuh
dari troli milik andreas. Lili sejak dulu tidak menyukai KakAndreas sebab seniornya
tersebut sering memberinya tugas organisasi dan menghukumnya ketika melakukan
kesalahan, sedang sahabatnya Rossy menjadi anak emas Andreas. Ia telah
memasukan semua buku yang jatuh kedalam troli andreas, Ia pun meminta ma’af
lagi dan memastikan kali ini andreas menjawabnya.
“Ia gak papa Li, Tapi
tetep harus ada pembalasanya hehehe... Makanyabesok lagi kalo mau tidur jangan
dijalan Li...” Andreas tersenyum dan berlalu.
Didalam ruang kuliah
Lili duduk disamping Irgi, Ia mengambil buku dan kotak pensil dari dalam
ransel, Ia mengambil sebuah pensil, penggaris dan penghapus. Irgi melihat ke
arah Lili yang sibuk membuat pola pada buku catatannya, Irgi sudah menduga Lili sedang ada masalah,
memang biasanya ketika Lili sedang jenuh Ia akan mulai menggambar pemandangan,
anime-anime lucu maupun kubisme. Irgi menengok kearah Rama yang duduk
dibelakang Lili. Irgi berbisik ke Rama sambil waspada jika dosen melontarkan
pertanyaan padanya.
“Ram... mati kita,
kayaknya Lili marah beneran ma kita”
“Apa Ia...?” Rama tak
percaya
“Tuh lihat...” menunjuk
kearah Lili yang menggambar.
Rama memperhatikan Lili
dan mengangguk tanda setuju pada Irgi.
Lili menghentikan
menggambarnya menegok ke Irgi. Irgi kaget. Lili meminta Irgi dan Rama menemaninya
ke taman untuk jalan-jalan. Tapi sayang Irgi sudah ada janji mengantar Alen ke
toko buku sedangkan Rama harus makan siang dengan Juli. Lili kecewa, disaat Iamembutuhkan
sahabat, mereka memilih pacar masing-masing. Lili kembali mengambil nafas
panjang dan seraya bertahmid. Ia menunduk dan menyempurnakan detail gambarnya,
hingga usai jam kuliah. Lili berjalan gontai menyusuri lorong kampus, sesekali
ada yang menyapanya, Ia tersenyum tanpa kata. Kenapa Lili tak ada yang
memberinya surat ya Allah, hamba ingin ya Allah, hamba ingin dapet surat kayak
Rossy.
Ditaman Ia tak
menemukan kursi kosong untuknya melepas penat. Kesalnya bertambah, Ia duduk di
rumput yang ternyata basah. “Ah..... kok baasah”. Segera Ia berdiri dan
menlihat bagian roknya yang basah. Ia mengambil nafas yang panjang sekarang
bukan lafal tahmid lagi yang diserukanya tapi istighfar. Iapun berdiri dibawah
pohon, kini Lini merasa lebih baik, Lili memutuskan memilih menenangkan diri di
kosnya. Langkah Kaki Lili terhenti mendengar sesorang memanggilnya, Ia menengok
kearah sumber suara. Malang baginya ternyata suara tadiKak Andreas,
Seniornyasedang menggambar di taman. Andreas memanggil nama panjang Lili, LiliPutri
Amartha. Lili hanya melembaikan tangan ke Andreas, dan meneruskan niatnya untuk
pulang. Tapi Andreas tak puas, ia berlari ke arah Lili dan menyuruh Lili berhenti.
“Lili stop...!!! Lili
kamukan tadi dah nabrak Kak Andre ... !!!Jatuhin buku-buku juga. Jaditanggung
jawab dong... Sekarang kamu harus mau nemeni Kak Andre menggambar di Taman !!! ”,
tanpa babibu Andreas menarik ransel Lili, alhasil Lili mengekor Andreas duduk
dikursi taman. Lili kesal, namun Andreas tampak tak peduli. Didalam hati Lili,
Ia berharapTuhan segera mengirimkanya pahlawan super untuk membasmi Andreas
dari muka bumi ini.
Andreas menunjukan pada
Lili karyanya, Lili melihat dengan seksama ternyata andreas sedang menggambar
kaligrafi. Kaligrafi berlatar belakang nuansa langit sore, dengan tulisan warna
biru, sebuah potongan ayat yang familiar bagi Lili. Ia mengeja huruf-huruf arab
dari gambar Andreas, tapi Surat apa itu, Lili sedang mengingat-ingat.
“Kamu tau gak Li... ini
surat apa..?” Pertanyaan Andreas mengaburkan kenikmat Lili memandangi lukisan
Andreas.
“Emmmttt... Wamin
ayatihi ankholaqolakum... Surat apa ya Kak, ni familiar sebenarnya ”.
“Yang familiar aja kamu
nggak tau,apa lagi yang sulit. Ini Ar-Rum Ayat 21 Li”. Jawab Andreas
Ketus.“Gitu kok berharap punya pengagum rahasia Li”. Tambah Andreas datar,bagi
Lili kata-kata Andreasbarusan seperti sambaran petir disiang bolong.
“Siapa yang kasih tauke
Kakak, kalo Lili berharap punya pengagum rahasia?”.
“Rossy...” Jawab Andreas.
Jahat ternyata Rossy malah
cerita ke Andreas. Iapun tak mampu lagi menahan gejolak amarahnya. Tiba-tiba
butiran bening menetes dari matanya. Lili menarik nafas panjang, Andras melihat
ke arah Lili.
“Lili ... Sorry , Kakak
bercanda...” Andreas menyesali kata-katanya.
“Gak papa kok Kak,
emang bener. Lili tu gak tau apa-apa mana mungkin ada yang kagum ma Lili” Lili
menyeka air matanya.
“Li, bukan gitu maksud Kak
Andre...” Andreas mengambil sapu tangan di saku kemejanya dan diberikan kepada
Lili. Lili menolak. Andreas menarik tangan Lili dan meletakan sapu tangan itu.
“Li, Suatu saat nanti,
kamu akan butuh sapu tangan ini... Sekarang kalaukamu mau pergi, kamu boleh
pergi...”. Andreas tak bermaksud mengusir Lili tapi Ia tak bisa melihat Lili
menangis. Andreas terduduk dikursi taman sambil melihat Lili pergi tanpa pamit
kepadanya.
Lili berjalan menuju
kos, bencinya menjadi-jadi ke Kak Andreas. Sampai dikos Ia membenamkan
dalam-dalam mukanya kedalam bantal dan menangis sejadi-jadinya. Tak ada lagi
ritual tarik nafas yang bisa menenangkanya. Lili terus menangis mengingat sahabat-sahabatnya
mendapat surat sementaraIahanya menjadi kurir surat cinta, belum lagi saat Ia
sedih Rama dan Irgi juga memilih pergi dengan kekasihnya. Taman yang menjadi
tempat menepi dari kepenatan, sekarang menjadi tempat Ia di hina oleh Andreas.
Kalau sudah seperti
ini, tempat curhat Lili yang ampuh
adalah Allah SWT, yang selalu mengasihi dan menyayangi hamba-hambaNya.
“Ya Allah yang lain
mudah dapetin apa yang mereka mau, tapi Lili harus susah payah. Belum lagi Lili
pas lagi susah temen-temen Lili milih sama pacarnya... Ya Allah tetap bersyukur
Lili masih bisa nagis... tapi Lili juga sedih ya Allah....”
Lili mencari tisu dalam
ransel untuk mengusap air matanya. Tanganya meraba-raba benda dalam ransel, Ia
menemukan tisu kemudian menariknya. Ternyata bukan, itu sapu tangan pemberian Andreas
tadi. Lilipun menyeka matanya pelan-pelan dengan sapu tangan Andreas. Iamembuka
mata perlahan setelah menyeka air matanya, Lili melihat bekas tinta di sapu
tangan Andreas. Lili menggerutu. “Ya Allah, kenapa sih Kak Andreas jahat Banget
sama Lili, Gak cukup udah dibuat sedih, ini dikerjain ngasih sapu tangan ada
tintanya huk huk huk” Lili meremas sapu tangan Andreas dan membuangnya ke
lantai. Sapu tangan tadi tersingkap. Lili tak menghiraukan, Ia kembali
membenamkan mukanya ke dalam bantal dan menangis. Ia menangis hingga
terbatuk-batuk.
Rossy yang sedari tadi
menonton televisi diluarpun, baru menyadari sahabatnya Lili sedang menangis di
kamar, Rossy mengetuk pintu lalu masuk perlahan, Ia menemukan Lili menangis. Rossy
mendekati Lili, dan mengelusnya. “Kamu kenapa Li..?”
“Aku gak papa kok Ros....
Aku pingin sendiri dulu ?”.
“Jangan gitu lah Li...
kamu bisa cerita ke aku... jangan di pendam sendiri..?”
“Ros, aku pingin
sendiri....” Lili bangkit lalu meminta Rossy keluar. Lili menuntun Rossy keluar
kamar kemudian mengkunci pintu kamar. Lili berjalan menuju ranjang, Ia melihat
kembali sapu tangan andreas, Ia perhatikan seperti ada kalimat di sapu tangan
Andreas. Lili mengambilnya, dibuka dan membaca kalimat-kalimat Andreas.
..........................................................................................................................
Memintamu menghantarkan surat untuk mu.
Tapi aku bilang untuk kawanmu.
Sesungguhnya untuk mu.
Sekarang juga aku keliru,
Meneruskan kesalahanku bersanding
dengan kawanmu.
Tapi setidaknya masa depan dapat
berubah.
Dengan ini aku sampaikan.
Aku memuja kemandirian mu.
Aku rindu kejailanmu.
Aku senang dengan senyum.
Aku kagum dengan cara berpikirmu.
Aku kacau saat kau bersama Irgi.
Aku marah kau bercandan dengan Rama.
Tapi aku tenang jika lama didekatmu.
Disuratku
dahulu,
Kala
kusebut dinda itu untuk Kau
Kala
kusebut Indah itu untuk Kau
Kala
kusebut Embun itu adalah Lili.
Sampai
kini masih sama hasratku.
Berharap
dapat bersanding denganmu.
Meski ku
tau akan sungkan jadinya.
Butiran kristal kembali mengalir dipipi
Lili. Bukan karena sedih, tapi haru yang meliputinya. “Ya Allah, Maha
membolak-balikan hati manusia. Ampuni dosa hamba yang banyak mngeluh pada Mu,
Hamba bahagia ada hambamu yang lain mencintai ku, namun kini hamba yakin pasti lebih
indah cintamu. Ketika Ia bersama ku, aku akan menjadi sebab Rossy bersedih...
Ya Allah, Maha Pengasih...Aku tak mau menyakiti Rossy Jika kau perkenankan ,
tolong tukar Kak Andreas dengan hamba mu yang lain, aku akan akan lebih bersabar
menunggu kali ini Ya Allah... Amin. ”
Tok tok tok ... pintu kamar berbunyi,
nampaknya Rossy akan masuk ke kamar. Lili bergegas menyimpan sapu tangan
Andreas, di sakunya selanjutnya membuka kunci pintu.Pintu terbuka,Rossy
memeluknya dengan erat. Rossy menagis dan berkata, “Li... kamu gak papakan, jangan
nangis dong...”
“Yang nangis siapa loh... aku tu mau
ambil wudhu salat dluhur..” Lili tersenyum serta melerai pelukan Rossy. Iamenghapus
air mata Rossy dengan sapu tangan andreas, kemudian memasukan sapu tangan itu
ke sakunya. Lili mengajak Rossy salat berjamaah. Rossy terheran-heran dengan
Lili. Ia masih penasaran dengan apa yang terjadi pada Lili. Beberapa waktu lalu
menangis, sedangkan saat ini Lili malah tersenyum. Tapi yasudahlah asalkan
sahabatnya tak menangis lagi Ia sudah lega.
0 komentar:
Posting Komentar