Hiasan Sampah di Bawah Patung Pandawa SOBA Pasca CFD
Setiap minggu di kota-kota besar Indonesia umunya menggelar agenda Car Free Day. Kegiatan ini mulai populer di Indonesia bermula ketika Surabaya untuk pertama kali menyelenggarakan Car Free Day atau CFD pada tahun 2000, yang populer dengan tema “Segar Suroboyoku Rek” tema ini memiliki arti menjadikan Surabaya dengan udara yang segar. Surabaya mampu menyulap jalan kawasan Jl. Raya Bungur sebagai pusat berkumpul masyarakat pada hari minggu pagi dan bebas dari lalu lintas kendaraan. Pada awalnya Car Free Day merupakan salah satu bentuk aksi berupa kampanye peningkatan kualitas udara Di Surabaya.
Sejarah CFD International telah dimulai sejak terjadinya
krisis minyak di Amerika pada tahun I970an. Benua Eropa mengadakan Car Free Day dua puluh tahun setelah
Amerika. Acara CFD International
mulai diselenggarakan di kota-kota Eropa pada tahun 1999 yang merupakan proyek
percontohan kampanye Uni Eropa ”Kota tanpa Mobil” kampanye ini terus berlanjut
hingga kini dalam bentuk Minggu Mobilitas Eropa.
Pada saat ini
pusat Solo Baru yaitu kawasan air mancur pandawa juga ditutup untuk agenda Car Free Day setiap minggunya. Kawasan ini
merupakan kawasan elit dengan berbagai fasilitas diantaranya Tempat Rekreasi,
Pusat Belanja, dan Hotel. Meskipun demikian Kawasan air mancur ini tidak terjamin
bebas dari sampah yang berserakan setelah kegiatan Car Free Day.
Saat CFD Jalan yang ditutup dimanfaatkan
berbagai kegiatan seperti petunjukan kesenian, hiburan, permainan anak-anak,
olahraga, event, lapak-lapak penjual aneka macam makanan dan barang lainya.
Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan suasana yang berbeda pada area kawasan
patung pandawa pada hari Minggu. Melihat kegiatan Car Free Day yang banyak diminati oleh masyarakat di sekitar Solo
Baru. Hal ini memang berdampak positif pada pola hidup sehat serta alternatif
pengurangan polusi yang khususnya pengurangan terhadap polusi udara akibat kendaraan
darat di Solo Baru. Penyelenggaraan Car
Free Day selain berdampak baik pada
pola hidup sehat, juga berdampak pada bidang ekonomi. Komposisi lapak pedagang
yang lebih banyak mendominasi Car Free
Day dari pada lapak seniman menunjukan berkumpulnya masyarakat pada Car Free Day menjadi pasar yang sangat
potensial. Kawasan Car Free Day dapat
menjadi tempat latihan bagi wirausaha pemula yang bersifat mikro. Selain
banyaknya konsumen potensial keuntungan lain bagi pedagang pemula di Car Free Day adalah kebebasan memilih spot saat membuka lapak dan tidak perlu
membayar retribusi alias gratis. Sehingga modal sebatas pengadaan barang atau
makanan yang di jual di Car Free Day.
Namun perlu kita lihat kembali selain keuntungan-keuntungan yang dengan
di adakanya Car Free Day,ada hal yang
tidak kalah pentingnya untuk diatasi yang merupaka sisa kegiatan Car Free Day. Setelah CFD yaitu kita jumpai sampah yang
berserakan dimana-mana. Pemerintah memang tidak pangku tangan tentang persoalan
sampah pasca Car Free Day dengan
adanya petugas sampah dan tong sampah yang di sediakan untuk menghandel
persoalan sampah. Namun petugas sampah dan peralatan yang minim, tersebut masih
belum maksimal. Keminiman peralatan dan jumlah petugas kebersihan berdampak pada
pemandangan kawasan patung pandawa terdapat hiasan sampah dimana-mana.
Selain jumlah petugas dan peralatan kebersihan yang perlu di perbanyak,
jumlah tong sampah setidaknya ada setiap sepuluh meternya. Hal ini guna
memfasilitasi pembuang sampah dapat membuang sampah pada tempatnya, tanpa
berjalan jauh. Selain dari pemerintah, perubahan juga perlu kita laksanakan secara pribadi. Selaku
masyarakat yang berbudaya yang hidup dikawasan dengan citra elite sudah menjadi
keharusan kita peduli terhadap penerapan budaya bersih dengan kesadaran
membuang sampah pada tempatnya. Selain itu sebagai bentuk konsukuensi bagi para
pedagang yang barang daganganya menghasilkan sampah setidaknya memiliki tong
sampah di dekatnya, karena para pedagang sudah bebas dari retribusi.
0 komentar:
Posting Komentar